Sejak Berdiri SDN dan SMPN 2 Lae Ikan, Warga Kampong Ini Tidak Ada Jadi ASN.

oleh
Bagikan artikel ini

SUBULUSSALAM,Kompas86.id-Sejak berdiri SDN Lae Ikan, menyusul SMPN 2 Penanggalan sekira tahun 2010 silam, dua sekolah yang nyaris berada selokasi itu, hingga saat ini hampir tidak ada warga Lae Ikan, meskipun bhakti di sana tidak ada yang diangkat jadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Padahal, pengadaan tanah lokasi sekolah itu dihibahkan warga setempat. Kondisi ini dinilai sangat riskan dan pemerintah seperti mengabaikan harapan masyarakat di sana.

Demikian Jhoni Bancin, Perdana Penjabat Kepala Kampong dan mantan Kepala Kampong Lae Ikan, Kamis (9/3) menyoal fenomena SDN dan SMPN 2 di Lae Ikan yang terus berkembang meski merangkak dan tertatih.

Dikatakan, hingga saat ini realisasi banyak keluhan situasi dan kondisi (sikon), baik infrastruktur maupun nasib guru di dua sekolah masih sebatas janji pemerintah setempat.

Banyak pihak, seperti unsur pemerintah, Majelis Pendidikan Daerah (MPD) bahkan diekpos berbagai media terkait sikon dan keluhan para guru di sana, termasuk media sosial nyaris tak terhitung, namun realisasi masi nihil.

Para guru di dua sekolah itu kepada media ini, Kamis (9/3) mengaku jika pengakuan pemerintah setempat status dua sekolah ini masuk kategori daerah terpencil (dacil). Kepada para guru di sana pun kerap diberi janji akan mendapat tunjangan tambahan sebagai guru terpencil.

Kepala SDN Lae Ikan, Anismanidar, S.Pd mengatakan, sejak 1999 mengajar di SD ini mengaku terima SK Guru Terpencil, namun Tunjangan Guru Terpencil itu tidak pernah diterima. Senada diakui sejumlah Guru SMPN 2 Lae Ikan.

Persoalan jalan menuju lokasi dua sekolah itu, para guru di sana menyesalkan. Selain licin dan tanjakan, akses jalan sudah rusak. Jarak tempuh sekira 400 meter dengan kondisi itu meski sudah diaspal, nyaris menyiutkan nyali bersepeda motor ke lokasi sekolah ini.

“Gak berani lagi kami naik kereta (baca: sepeda motor) langsung ke lokasi sekolah berjarak 400 meter lebih, malah perasaan satu kilometer karena sudah pernah jatuh di jalan, jadi trauma,” keluh Guru SMPN 2 Penanggalan.

Pantauan kondisi sejumlah bangunan, sudah sangat layak renovasi. Anismanidar sejak 2020 menjadi kepala di sana akui belum pernah menerima renovasi sekolah.

Total 41 murid dengan delapan guru, terdiri dari tiga PNS, lima P3K dan tanpa Guru Penjas dengan enam Ruang Kelas Belajar (RKB), kondisi dua RKB sudah bocor dan satu lainnya lantai rusak. “Memprihatikan lagi, tiga unit rumah dinas rusak total, sama sekali tidak bermanfaat sehingga harus direnovasi,” tegas Anis diamini guru lain.

“Tolong bapak sampaikan ke dinas, Pemko Subulussalam agar rumah dinas SD Lae Ikan ini direnovasi total, supaya kami bisa tinggal di sini,” pinta seorang guru Nurina Angkat, diamini kepala sekolah dan guru lain di sana.

Keyakinan Nurina Angkat, Guru P3K 2021 ini tinggal di sana karena berdomisili di Kota Subulussalam pergi pulang setiap hari sangat merepotkan. Di samping harus berpacu waktu, minimal mengeluarkan ongkos setiap hari Rp45.000.-

“Tolong pak, suarakan keluhan ini agar disahuti Pemko Subulussalam,” pinta Anis, pastikan selain dirinya berdomisili di Lae Ikan, semua guru SDN Lae Ikan di Kota Subulussalam dan sering menghadapi kendala saat akan turun ke sekolah, seperti hujan dan sebagainya.

Soal di SMPN 2 Penanggalan, menurut guru di sana jika total delapan guru, lima diantaranya perempuan, yakni tiga PNS, dua P3K dan tiga honor dengan total 12 siswa (Kelas I 4, II 5 dan III 3), mereka keluhkan persoalan jalan.

Parahnya jalan tanjakan dan licin di sana acap menjadi alasan ‘pejabat’ langsung ke sekolah itu. Bahkan pengawas sekolah atau unsur dinas pendidikan dan pejabat lain dinilai enggan datang ke sana.

“Kalau dari MPD sering datang dan bisa merasakan bagaimana letihnya berjalan ke lokasi SMP ini,” aku guru di sana, sebut jika mereka pernah harus ke SDN Lae Ikan menemui tamu dari Kota Subulussalam karena enggan naik ke lokasi SMPN itu.

Namun Cikal bakal SMP Satu Atap (saat itu menumpang RKB SDN Lae Ikan) atau sejak 2010 resmi operasi SMPN 2 Penanggalan ini diperkirakan tidak kurang dari sepuluh kali tahun ajaran menamatkan siswa.

“Selain janji guru daerah terpencil kami harap direalisasikan, akses jalan ke SMPN ini perlu ditingkatkan pemerintah,” harap guru di sana.

Pewarta: Joni Bancin