KOMPAS86.ID|CIMAHI – Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi menargetkan nol sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti. Target itu akan diwujudkan dalam dua tahun ke depan. Sejumlah langkah pun sudah disiapkan untuk merealisasikan target ambisius tersebut.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, Chanifah Listyarini mengatakan, langkah yang harus dilakukan tentu saja melakukan pemilahan sampah dari sumber. Baik dari rumah tangga, industri, pasar hingga sumber produksi sampah lainnya.
“Harus total semuanya yang ada di Cimahi secara perlahan-lahan mau melakukan pilah sampah di sumber. Di rumah tangga maupun beberapa kawasan yang dilayani oleh pemkot seperti ada industri, pasar dan lain sebagainya. Itu yang harus kita lakukan,” kata dia, Selasa (25/9/2023).
Kemudian, pihaknya juga akan menyiapkan beberapa tempat pembuangan sementara (TPS) untuk dijadikan lokasi mengolah sampah organik maupun anorganik. Di TPS yang sudah ditentukan yakni di Pasar Atas, Leuwigoong dan Cibeber nantinya akan disiapkan alatnya.
“Jadi nanti semua sampah harapannya oganik bisa selesai di wilayah. Kalau tidak bisa habis di lokasi masing-masing dikirim ke TPS nanti kita treatmen di TPS itu organik,” ujar Chanifah.
Chanifah mengatakan, pihaknya berencana membeli lima alat pemilah hingga pencacah sampah. Alat itu rencananya akan dibeli menggunakan dana yang bersumber dari biaya tak terduga (BTT), mengingat kondisi saata ini sedang darurat pengelolaan sampah.
“Untuk memilah antara organik dan anorganik dan mencacah organik. Jadi organik sampah organik yang tidak bisa selesai di wilayah dikumpulkan ke kita nanti kita cacah,” ucap Chanifah.
Chanifah mengatakan, untuk mewujudkan zero sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti pihaknya juga tengah membangun dua tempat yang akan dijadikan lokasi Refuse-derived fuel (RDF) plant, yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat.
Lokasinya berada di wilayah Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Nantinya di dua lokasi tersebut diperkirakan akan bisa mengolah sampah hingga 50 ton per harinya. “Yang terakhir kita juga harus menyiapkan untuk cacah daun,” tutur Chanifah.
Dia menjelaskan, hasil sampah organik yang sudah diolah di beberapa lokasi yang sudah menjadi bubur nantinya akan dimanfaatkan untuk pakan maggot, kemudian untuk komposting hingga biomassa. Sedangkan sampah anorganik yang memiliki nilai jual akan dikirim ke optaker-optaker, seperti Bank Samici.
“Untuk yang low value harus di treatment menjadi RDF plant. Itu nanti yang jelas di Santiong akan ada dua mesin untuk RDF plant,” ujar dia.
Kemudian yang terakhir, pihaknya juga sedang mencari solusi yang tepat untuk mengolah sampah residu. Meskipun saat ini sudah memiliki incinerator di TPS Cibeber untuk menangani sampah residu yang setiap hariinya mencapai 20 persen dari total produksi sampah yang mencapai 226 ton setiap harinya.
“Tentang incinerator harus hati-hati, ada syarat-syaratnya. Kami kemarin sudah menjajaki dengan BNPB akan dibantu. Kalau itu terealisasi berarti residu akan diselsaikan,” kata dia.
Chanifah melanjutkan dengan berbagai langkah yang sudah dipersiapkan tersebut pihaknya meyakini target nol sampah yang dibuang ke TPA nantinya akan terealisasi. “Mungkin tahap awal kita seperempat dulu yang dibuang ke TPA secara perlahan sambil menyiapkan treatment peralatan tadi. Insya Alloh kita harus optimis ke sana (zero sampah),” tutur dia. (AW) ***
*Adhy Rahadhyan S.I.Kom