Tegal Jateng-Kompas86.ID
Launching dan Bedah Buku Masjid Agung Kota Tegal dalam Bingkai Sejarah berlangsung di Serambi Masjid Agung Kota Tegal, Sabtu (30/12) pagi.
Menghadirkan Panelis Yono Daryono (Ketua DKT), Wijanarto (Sejarawan),
KH Abu Chaer Annur (Ulama) serta para penulis buku tersebut diantaranya H. Moh Suwarso, Firman Hadi, Ubaidillah, Makhsum Bustomi, Edy Yohana dan bedan buku tersebut dimoderatori oleh Surliali Andi Kustomo.
Selaku panelis, Yono Daryono mengutarakan bahwa masjid adalah inklusi sebagai ruang yang di bangun dari filosofi sejarah.
“Proses manajemen masjid adalah tentang sejarah Tegal itu, tapi memang perlu ada kajian agar menjadi satu literasi yang literatur, yang lebih akademis dan lebih faktual ya, kemudian bangunan-bangunan itu kan banyak perubahan dari dulu sampai sekarang itu perubahannya sangat strategis sekali yang dipertahankan,” ujar Yono.
Sementara itu, Wijanarto menyampaikan bahwa dengan hadirnya buku Masjid Agung Kota Tegal dalam Bingkai Sejarah ini selain sebagai publikasi buku diharapkan menyelamatkan sumber-sumber sejarah yang bisa menguatkan tentang bukti bukti historis Masjid Agung.
“Makanya kami mengusulkan adanya ruang khusus untuk menyimpan benda benda itu, secara artefak dan juga misalkan secara bukti bukti historis yang bisa menjadikan masyarakat tahu,” ujar Wijanarto.
Mempertimbangkan tentang proses revitalisasi yang harus tetap mempertahankan nilai nilai arsitektur yang bernilai tinggi dan menjadi icon arsitekur masjid di Jawa khusunya Tegal.
“Karena kita melihat setiap revitalisasi selalu ada ruang yang hilang, sehingga kita bisa melihat bangunan baru tapi kehilangan identitas sejarahnya. Tentang pentingnya nilai filososfi darimulai dari atap, ruang pelataran, ruang dalam dan sebagainya. Ini yang perlu diperhatikan, adanya perlu kurasi untuk melihat kira-kira mana bagian yang penting dari identitas itu, ketika ada persoalan revilitasi bangunaan masjid,” tambah Wijanarto.
Sementara itu, Wali Kota Tegal, H. Dedy Yon Supriyono melalui Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Tegal, Andri Yudi Setiawan mengapresiasi kepada para penulis buku, penerbit daan seluruh tim yang terlibat dalam penulisan dan penerbitan buku ini.
“Sebuah karya yang tidak hanya memberikan wawasan baru tentang sejarah masjid, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi generasi mendatang,” ujar Yudi.
Yudi menambahkan bahwa Masjid Agung Kota Tegal bukan hanya sebuah tempat ibadah, tetapi juga merupakan lambang keberagaman dan toleransi dalam masyarakat kita. Melalui buku ini, kita dapat memahami perjalanan panjang masjid ini, serta peran dan kontribusi masyarakat dalam membangun dan memelihara keberlangsungan masjid sebagai pusat spiritual dan kegiatan keagamaan.
“Sejarah adalah cermin dari masa lalu yang mengajarkan kita untuk melangkah lebih baik di masa depan. Melalui penelitian dan pembelajaran tentang sejarah Masjid Agung Kota Tegal, kita dapat memetik nilai-nilai kearifan lokal, semangat gotong royong, dan rasa cinta tanah air yang tercermin,” pungkasnya.
Daryani