MANGGARAI NTT, KOMPAS86.ID-
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) kabupaten Manggarai NTT, Maria Yustina Diana Baru, S.ST,M.Kes mengatakan bahwa ke depan pihaknya akan melakukan sosialisasi tentang pencegahan masalah stunting kepada remaja
Sosialisasi itu akan dilakukan di sekolah sekolah bekerja sama dengan beberapa OPD terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas PPO
Diana menyampaikan itu kepada Kompas86.id di kantornya, Selasa 16 April 2024
Menurutnya mengatasi masalah stunting tidak cukup hanya pada mengurusi yang sudah terpapar stunting tetapi harus juga dicegah sejak dini
Remaja adalah target yang menurutnya tepat untuk dilakukan sosialisasi terkait cara mengatasi dan mencegah stunting. Selain stunting, bahaya sex bebas, pernikahan dini, kesehatan reproduksi juga akan disosialisasikan agar para remaja dapat memahaminya
“Jadi kami punya rencana ke depan ini, kami sudah diskusikan bersama kita fokus ke remaja” tutur Diana, sapaan akrab kadis DP2KB ini
Ia mengaku pihaknya telah membentuk forum Generasi Berencana (genre) sehingga ke depan akan intens melakukan kegiatan tersebut dengan turun ke sekolah sekolah
Yang paling penting tambahnya adalah soal triat KRR pada remaja yaitu zero sex bebas, zero pernikahan dini dan zero nafsyah
Kalau remaja paham triat KRR, paham soal stunting maka dia bisa merencanakan kehidupannya ke depan terkait kapan akan menikah, umur berapa punya anak, harus punya anak berapa, semuanya direncanakan sejak remaja
Ia menambahkan bahwa usia pernikahan yang sehat itu adalah 25 tahun untuk laki laki dan 21 tahun untuk wanita
Stunting sulit disembuhkan, walaupun sehat namun dampaknya akan terjadi pada 30-40 tahun lagi seperti sakit jantung, darah tinggi dan gula darah
Diana mengatakan bahwa selama ini sudah banyak program yang sudah dilakukan seperti pemberian makanan tambahan melalui program DAHSYAT (dapur sehat atasi stunting). Program ini akan membicarakan tentang cara menyiapkan makanan, cara pemberian makanan dan juga pola asuh
Masalah stunting kata Diana sulit dicegah karena berbagai faktor. Untuk mengetahui penyebabnya DP2KP memiliki kegiatan Audit Kasus Stunting (AKAS)
Dari audit tersebut diketahui faktor penyebab terjadinya stunting antara lain, perilaku masyarakat, pola asuh yang salah, pemberian makanan yang tidak tepat
Kebiasaan memberi nasi kosong dan mie instan adalah kebiasaan buruk sebab hanya mengandung karbohidrat dan tidak ada protein sebagai penyeimbang
Kebiasan itu yang selama ini telah diupayakan agar dirubah
Namun Diana mengaku bahwa persentase Stunting di kabupaten Manggarai sudah menurun dua digit dari 13,1 persen menjadi 11,5 persen
Turunya persentase itu menurut Diana disebabkan karena banyaknya program yang dilakukan oleh pemerintah, baik oleh DP2KP maupun OPD lain seperti Dinas Kesehatan dan Dinas PPO kabupaten Manggarai
Diana menjelaskan bahwa slogan BKKBN bukan lagi dua anak cukup tetapi keluarga berkualitas
BKKBN juga telah dirubah bukan Badan Koordinator Keluarga Berencana tetapi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana segingga fokusnya bukan lagi koordinasi
Diana mengajak masyarakat untuk merubah perilaku dan pola asuh anak supaya tidak masuk dalam kelompok stunting
Masyarakat tambahnya sudah mulai paham tentang stunting hal itu dibuktikan dengan turunnya persentase masalah stunting di kabupaten Manggarai
Tercapainya tujuan atau gol yang baik tambahnya dibutuhkan kerja sama super tim, bukan super hero
Ia mengajak jajarannya untuk terus bekerja sama mencegah dan menurunkan masalah stunting di kabupaten Manggarai
Adrianus Padma (kaperwil kompas86.id NTT)