Dedi Mulyadi: Calon Bupati Bandung Barat ‘Kedah Anu Tiasa Nyurup Kanu Alam Katut Eusina’

oleh
Dedi Mulyadi dan Steve Ewon poto bersama di kediaman Kg Dedi Mulyadi Subang
Bagikan artikel ini
Dedi Mulyadi dan Steve Ewon poto bersama di kediaman Kg Dedi Mulyadi Subang

Kompas86.id, Subang – Di pagi hari ini kita sudah punya cerita, mengisahkan petualangan untuk menemui Sang Idola Yaitu Kang Dedi Mulyadi yang konon di Gadang- gadang akan mencalonkan diri menjadi Gubernur Jawa Barat di Pilkada serentak tahun 2024.

Ketertarikan kita pada sosok Dedi Mulyadi bukan karena jabatannya sebagai mantan Bupati Purwakarta atau Anggota DPR-RI nya, akan tetapi kami tertarik pada Perilaku atau tatakrama seorang Dedi mulyadi, ‘anu Someah hade ka Semah terus Kuring ngarti anjeun surti’ itulah Magnet yang dimiliki Dedi mulyadi (dan itu tidak di buat- buat tapi Alami) sehingga dengan Perilakunya itu maka orang-orang tertarik dan simpati, kata ” Asep Ridwan (Aktivis KBB) usai bersilaturahmi dengan Kang Dedi Mulyadi, Jumat 16 Mei 2024 di kediamannya di Subang.

Hal senada dikatakan Steve Ewon atau Yanto Bin Surya, saat menyampaikan secara khusus surat undangan Milangkala Desa Kertawangi ke 46 kepada Dedi Mulyadi.

“Alhamdulillah, Kami diterima dengan familier, ada sentuhan rasa yang sangat mendalam,” ujar Steve Ewon sambil menghela Nafas, saking senengnya bertemu kembali dengan idolanya.

Steve Ewon menyampaikan, sudah menjadi kebiasaan kalo ada Dalang Yogaswara Sunandar Sunarya pasti ada Kang Dedi Mulyadi.

“Dalam Milangkala Desa Kertawangi, puncak acaranya adalah pagelaran wayang golek bersama Kidalang Yogaswara Sunandar Sunarya. Untuk itu saya atas nama Kepala Desa dan masyarakat Desa Kertawangi mengundang Kang Dedi Mulyadi,” ujar Steve Ewon.

Pucuk dicinta ulam tiba, sepertinya Chemistry antara Steve ewon dan Dedi mulyadi sudah terbangun saat Steve ewon meminta saran pendapat terkait beberapa hal, baik itu tata kelola pemerintahan dan Politik praktis juga tentang jati diri Sunda.

Kang Dedi Mulyadi menyampaikan, ibarat pepatah bahwasannya ceuk bahasa Sunda, Pamingpin di Kabupaten Bandung Barat kedah tiasa anu nyurup sareng Alam katut eusina. Mun teu tiasa Nyurup tangtos ti Gebros atanapi di gentos, Artinya kalo diterjemahkan Bahwa Pemimpin atau Bupati harus memiliki integritas, punya moralitas yang tinggi dan peka pada keadaan, Memahami dan Memaknai dimana Ruhnya Pemekaran KBB itu.

“Prinsipnya, pemimpin itu harus tahu Nafas masyarakat, yaitu bisa meningkatkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat, baik di bidang Ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan juga bidang lainnya,” tegas Kang Dedi Mulyadi.

Kalo tidak bisa seperti itu, lanjut Kang Dedi, maka Pemimpinnya tidak akan lulus atau tidak akan di cintai masyarakatnya.

“Maka akan ‘tiporos’ (terperosok), tapi kalo bisa seperti diatas pemimpin tidak akan tergerus oleh waktu termakan oleh zaman di akhir masa jabatannya akan Indah. Siapapun orangnya yang mau mencalonkan diri menjadi Bupati dan Wakil Bupati di kabupaten Bandung Barat, Saya Apresiasi karena mereka semua berarti ikut peduli, apalagi Steve Ewon yang katanya mau menjadi Bakal Calon Bupati saya Apresiasi juga tapi ingat-ingat yang saya katakan,” pesan Kang Dedi.

Kang Dedi juga menyampaikan untuk kepala pemerintahan Kabupaten Bandung Barat nanti, harus punya karakter agar sikapnya tegas, lugas dan punya Wibawa.

“Karakter yang di maksud yaitu nama Kabupaten Bandung Barat tidak punya karakter, karakternya nama Bandung. Coba kalo namanya Kabupaten Padalarang, Kabupaten Mandala Wangi atau Kabupaten Raja Mandala atau Namanya apa gitu. Kalau menurut saya, bolehkan berpendapat, itu baru punya karakter. Awas lho nama itu juga punya arti dan makna dan masalah nama Kabupaten bisa dirubah apabila ada kehendak dan kemauan, regulasinya ada,” papar Kang Dedi Mulyadi.

Menyikapi karakteristik pemerintahan Kabupaten Bandung Barat, Asep Ridwan mengatakan jika pihaknya sebelum pendirian Kabupaten Bandung Barat telah mengusulkan sejumlah nama.

“Dulu sempat diusulkan nama Kabupaten Padalarang juga ibu kotanya sempat diusulkan di Wilayah Kecamatan Saguling atau satu hamparan dengan Kota Baru Parahyangan karena alasannya kontur tanahnya datar, tapi ada tarik menarik keinginannya saat di sahkan dengan Surat Keputusan nama menjadi Kabupaten Bandung Barat dan Ibu kota di Ngamprah yang konturnya bukit itulah Politik, tapi kedepannya mudah-mudahan saja bisa di ganti,” ujar Asep Ridwan dalam mengakhiri obrolan.***