BPBD Luncurkan Unit Layanan Disabilitas PB Provinsi Jatim

oleh
Bagikan artikel ini

Surabaya Jatim-Kompaa86.ID

Setelah melalui serangkaian proses rintisan dan tahapan, Provinsi Jawa Timur akhirnya memiliki Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD-PB).

 

Dengan menggandeng Siapa Siaga– Program Patnership Australia, BPBD Jatim secara resmi melaunching dan menyosialisasikan ULD-PB Provinsi Jawa Timur di Hotel Movenpick Surabaya, Selasa (25/6/2024).

 

Peluncuran layanan disabilitas ini ditandai dengan penekanan tombol sirene oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemprov Jatim Benny Sampirwanto, Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto, Direktur Pencegahan BNPB Pangarso Suryotomo, Konjen Australia di Surabaya Anthea Griffin, Team Leader Siap Siaga Indonesia Lucy Dickinson, Koordinator Program Siap Siaga Jatim Ancilla Bere dan perwakilan sejumlah penyandang disabilitas.

 

Asisten Benny Sampirwanto menyatakan, pembentukan ULD-PB ini merupakan wujud komitmen Pemprov Jatim dalam upaya penanggulangan bencana secara menyeluruh. Yang mana, turut melibatkan kelompok disabilitas dalam setiap tahapannya. “Kelompok disabilitas ini biasanya disebut kalangan rentan, ketika terjadi bencana tidak terfikirkan. Tetapi BPBD ternyata sudah ada ide. Ini program yang luar biasa,” ujarnya.

 

Ia pun berharap, unit ini akan memberikan literasi, pendidikan dan penguatan kapasitas kepada penyandang disabilitas, jika terjadi bencana. Sebagaimana pengarusutamaan gender, sehingga ada kesetaraan terhadap penyandang disabilitas ini.

 

Konjen Australia Anthea Griffin saat memberikan sambutan dengan Bahasa Indonesia juga menyampaikan apresiasi kepada Pemprov Jatim atas inisiatif peluncuran ULD-PB ini. Baginya, perhatian Pemprov Jatim kepada kelompok disabilitas di Jatim saat ini merupakan wujud kepedulian yang luar biasa.

 

Kalaksa BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto mengatakan hal ini disebabkan adanya ketidaksesuaian pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki. Menurutnya tidak dipungkiri, masih ada juga stigma yang kuat dan keraguan atas kemampuan dalam upaya penanggulangan bencana hingga kurangnya layanan publik yang membantu disabilitas. “Maka, ULD-PB ini ditujukan menjadi wadah bagi para penyandang disabilitas di Provinsi Jatim supaya lebih aktif berperan dalam PB. ULD PB akan membantu menjalankan fungsi terkait layanan inklusi disabilitas dalam PB di Jawa Timur,” ujarnya.

 

Data E-Disabilitas Provinsi Jawa Timur per Mei 2024 menunjukkan, jumlah penyandang disabilitas yang tersebar di kabupaten/kota di Jawa Timur adalah 16.798 orang. Ragam disabilitas yang dimiliki antara lain fisik (daksa, eks kusta), mental (eks mental, autis), sensorik (rungu, wicara, low vision, total blind), intelektual (lambat belajar, grahita, down syndrome), dan disabilitas ganda.

 

“Kita tahu potensi bencana di Jawa Timur itu ada 14 ancaman. Yang terdampak itu bukan hahya kita masyarakat normal tetapi juga dengan teman-teman difabel. Untuk mengantisipasi dampak tersebut maka teman teman difabel harus difasilitasi dengan berupa layanan kepelatihan, lalu perbaikan fasilitas dan sebagainya. Inilah tugas dari ULD ke depannya,” terangnya.

 

Gatot menambahkan nantinya penyandang disabilitas akan diberi pelatihan penanganan bencana dan pencegahannya. “Dari itu semua kami butuh narsum. Karena masyarakat umum berkomunikasi dengan teman-teman difabel pasti berbeda bahasa verbal atau komunikasi lain. sehingga saya minta tolong ke teman-teman siap siaga nantinya ULD ini terbentuk, minta support bagaimana cara mengajarkan, pencegahan, kesiap siagaan, dan menangani wilayah,”katanya.

 

“Dari situ kami juga akan melanjutkan kegiatan kami berupa pengembangan fasilias early warning system (EWS). selama ini EWS yang ada di kita hanya fokus untuk masyarakat umum normal. bagaimana kita memperkenalkan EWS ini ke kelompok disabilitas. jenisnya kan berbeda, inilah yang kita minta masukan dari teman teman alatnya seperti apa, nanti kalau banjir untuk netra apa alatnya, lalu juga potensi tsunami untuk tulis dan sebagainya,” paparnya.

 

Gatot mengaku PRnya masih banyak, termasuk keperluan pada saat terjadi bencana di pengungsian seperti apa. “Ini PR kita bersama ULD, hasilnya apa yang akan dibutuhkan teman teman difabel, sesaat, pas bencana dan pasca bencana, harus kita cukupi semua,” pungkasnya.(Yuli)