Batu Angku Angin, Potensi Objek Wisata Baru di Kuansing

oleh
Bagikan artikel ini

Teluk Kuantan, Riau – Kompas86.ID – Syeikh Muhammad Hadi dengan gelar “Angku Angin” memiliki berbagai karomah semasa hidupnya.

Seperti diceritakan oleh Anak Buya Syeikh Ma’rifat Mardjani, Nariman Hadi yang juga merupakan Cucu Syeikh Muhamad Hadi, sepulang dari Mekkah pada 1800 -an dan tiba di Sei Alah Kuansing, Provinsi Riau bersama anak tunggalnya Fatimah Hadi yang lahir di Mekkah.

Syeikh M Hadi langsung membuka pengajian ilmu agama Islam, mengajak masyarakat kokoh berpegang teguh dengan ajaran Islam sembari beraktivitas berladang.

“Pengajian Tasauf, Tauhid, Fiqih, Hadist dan mengajak masyarakat perkokoh iman dan taqwa kepada Allah SWT,” katanya di Teluk Kuantan, Selasa.

Waktu itu, kondisi masyarakat masih banyak yang belum memahami betul Islam secara baik. Karena, Syeikh Muhamad Hadi juga salah satu Mukti Indragiri di Mekkah memahami betul karakter masyarakat setempat.

Dengan metode yang baik, apa yang disampaikan oleh Tuan Syeikh Angku Angin Muhammad Hadi dapat diterima oleh semua masyarakat setempat.

Syeikh Angku Angin ini berperan aktif pada masa itu, bukti sejarah masih ada surau tinggi dan sejumlah kitab kuno milik Tuan Syeikh yang dibawa langsung dari Mekkah Madinah.

“Tak kenal lelah, setelah pulang ke Sei Alah, Syeikh M Hadi yang lama bermukim di Mekkah langsung menyebarluaskan ajaran Islam,” ujarnya.

Menariknya, masyarakat mudah menerima apa yang disampaikan, dengan santun, ramah berbondong – bondong warga belajar. Tuan guru Syeikh Muhamad Hadi membangkitkan semangat Islam itu dihati masyarakat Kuansing.

Kesuksesan dalam mengajar itu, mungkin bukti salah satu karomah Syeikh Angku Angin. Dan, dengan kefasihan membaca sejumlah kitab gundul berbahasa Arab, hingga masyarakat memberikan gelar “Angku Angin” kepada Syeikh Muhamad Hadi, bahkan Tuan Guru sangat hapal Alquran.

Menurut Nariman Hadi yang juga sebagai Dosen dan Ketua Prodi Agribisnis Universitas Islam Kuansing (UNIKS), hingga saat ini, ada salah satu lokasi dapat dijadikan objek wisata lokal bagi masyarakat Teluk Kuantan.

“Yakni batu Angku Angin, berada di sungai Kuantan” batu itu tidak pernah tenggelam walaupun sungai sedang pasang dan besar” ujarnya.

Kata Nariman lagi, mengapa disebut “Batu Angku Angin ? ” Karena, pada saat menyebrang sungai, naik sampan bersama masyarakat menuju suatu kampung terpencil. Syeikh Muhamad Hadi berhenti sholat di atas batu di tengah sungai yang besar dan dalam.

Namun, tanpa disadari masyarakat, tak berapa lama pengemudi sampan langsung berangkat, tanpa menyadari bahwa Syeikh Angku Angin belum naik ke perayu dan akhirnya Syeikh Angku Angin justru tertinggal.

Pada saat itulah, Tuan Syeikh Muhamamd Hadi dengan gelar Angku Angin bermunajat dan berdoa kepada Allah SWT.

Doanya diijabah oleh Allah SWT, tiba – tiba, perahu yang sudah jauh meninggalkannya, spontan berbalik. Tanpa disadari oleh pengemudi dan penumpang, tiba – tiba perahu kembali ke lokasi batu tempat Syeikh Angku Angin duduk Sholat.

Dari peristiwa itu, masyarakat langsung heran dan terpana, serasa tak percaya melihat kejadian itu, kagum dan menyaksikan akan karomah Syeikh Muhammad Hadi.

Batu itu hingga saat ini masih berdiri kokoh di tengah sungai Kuantan. Sebahagian masyarakat yang mengenang kisah itu menyebutkannya sebagai “Batu Angku Angin.”

Oleh karena itu, batu bersejarah yang di Batang Kuantan atau Sungai Kuantan, Lubuk Ambacang itu bisa dijadikan salah satu kawasan objek wisata baru bagi masyarakat.

Pemerintah Kabupaten dan Provinsi Riau dapat mengoptimalkan objek wisata itu menjadi ikon daerah yang bernilai tinggi. Lokasi yang hanya jarak tempuh 40 menit, berkisar 20 KM dari Lubuk Ambacang naik sampan atau 25 KM dari Kota Teluk Kuantan naik mobil ke titik awal menuju Batu Angku Angin.

Seperti diketahui, Buya Syeikh Ma’rifat Mardjani adalah menantu Syeikh Angku Angin Muhamad Hadi atau suami dari Fatimah Hadi.

Dimana, Fatimah Hadi juga dinobatkan sebagai pahlawan Kuansing dan Tokoh Pendidika. perempuan Riau.

Buya Syeikh Ma’rifat Mardjani adalah satu satunya putra terbaik Riua yang duduk dan menjadi anggota Parlemen RI tahun 1955, pada masa Presiden RI Soekarno dan Wakil Presiden RI Muhamamd Hatta.

Buya Syeikh Ma’rifat Mardjani adalah Tokoh Pendiri Provinsi Riau, dinobatkan sebagai Pahlawan Kuansing dan Riau.

Dimana, semasa hidupnya selain berjuang untuk masyarakat Riau juga berperan aktif berdakwah. ***