Garut Jabar _ kompas86.id
Pada Minggu, 15 Desember 2024, anggota DPRD dari paraksi PDIP Yudha Puja Turnawan beserta Ibu Dianna, Wakil Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Garut, mengunjungi Ibu Yati Sumiati, seorang janda tua yang tinggal di rumah tidak layak huni di Kampung Sanding Lebak, RT 03 RW 01, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat langsung kondisi memprihatinkan Ibu Yati yang telah lama hidup dalam keterbatasan.
Rumah yang dihuni Ibu Yati sebenarnya adalah bangunan permanen. Namun, karena sepuluh tahun terakhir ia mengalami kelumpuhan, rumah tersebut menjadi tidak terawat. Hampir seluruh bagian atapnya berlubang kecuali di ruang tamu, yang kini menjadi tempat Ibu Yati beristirahat. Di rumah ini, nyaris tidak ada furnitur atau peralatan rumah tangga seperti pada umumnya. Hanya ada tempat tidur dan meja kecil untuk menaruh makanan.
Kehidupan sehari-hari Ibu Yati sangat bergantung pada bantuan tetangganya, Ibu Lia, yang sering berbagi makanan, serta keponakannya, Kang Asep. Meski telah berkeluarga dan tinggal di Gordah, Kelurahan Jayawaras, Tarogong Kidul, Kang Asep rutin menengok dan membantu memenuhi kebutuhan makan Ibu Yati. Namun, karena jarak tempat tinggalnya, Kang Asep tidak bisa merawat Ibu Yati setiap saat.
Keterbatasan hidup membuat Ibu Yati tidak memiliki sarana hiburan seperti handphone, radio, atau televisi. Untuk mengisi waktu dan mengusir kesepian, ia rutin membaca Al-Qur’an. Ketika membutuhkan ke kamar mandi, ia harus dipapah oleh orang lain. Bahkan, kamar mandi di rumahnya sudah tidak berfungsi, sehingga ia menggunakan kamar mandi milik tetangga. Tidak ada pompa air di rumah tersebut, yang semakin memperburuk situasi.
Salah satu hal yang sedikit meringankan adalah kehadiran listrik sejak 5 Desember 2024. Sebelumnya, setiap malam Ibu Yati harus berada dalam gelap gulita. Berkat inisiatif Ibu Dianna yang memperbaiki kabel-kabel listrik dan memasang lampu, kini rumah tersebut tidak lagi gelap di malam hari. Namun, kesepian tetap menjadi teman sehari-hari bagi Ibu Yati yang lumpuh dan hidup sendiri.
Kondisi ini membuat banyak pihak berpikir bahwa solusi terbaik bagi Ibu Yati adalah tinggal di Griya Lansia yang dikelola Dinsos Jabar atau Kemensos RI. Di tempat tersebut, kondisi kesehatannya bisa lebih terpantau, asupan makanannya terjamin, dan ia akan memiliki teman-teman lansia lain untuk berbagi cerita. Tinggal di lingkungan seperti itu diharapkan dapat mengurangi kesepiannya.
Situasi memprihatinkan seperti yang dialami Ibu Yati menunjukkan pentingnya kehadiran lebih banyak fasilitas Griya Lansia, terutama di Kabupaten Garut. Saat ini, Garut hanya memiliki satu Griya Lansia dengan kapasitas terbatas untuk 75 orang, sementara jumlah lansia di kabupaten ini mencapai sekitar 250 ribu jiwa atau 9,5% dari total populasi. Dari jumlah tersebut, sekitar 80% hidup dalam kondisi memprihatinkan.
Pemerintah harus hadir dan memberikan solusi nyata bagi lansia yang hidup sendiri dan menyandang disabilitas. Penambahan jumlah unit atau kapasitas Griya Lansia di Kabupaten Garut menjadi kebutuhan mendesak. Dengan populasi yang terus bertambah, perhatian serius terhadap lansia harus menjadi prioritas, agar kisah pilu seperti yang dialami Ibu Yati tidak lagi terulang.
Soni