Magelang Jateng-kompas86.id
Salah satu Kisah relief di Candi Mendut
Demikian yang saya dengar.
(Kisah sekelompok tikus dalam menghadapi seekor kucing yang suka memangsa mereka. Dan fabel ini, dengan berbagai variasinya, juga ditemukan di berbagai negara di Asia. Namun, yang menarik sebagaimana dikisahkan di Candi Mendut adalah tentang ‘’pemangsa’’ yang berpura-pura sebagai figur pemimpin yang religius. Alkisah Si Kucing berpura-pura menjadi seorang pemimpin agama dan tampil dengan jubah, bertongkat dan mengenakan gelang tahbis. Tujuannya agar bisa mendekati para tikus tanpa dicurigai.)
Sore hari itu para tikus sedang bergembira raya. Bermain dan bersenda-gurau di halaman sarang mereka. Ada Titi, Kaka, Usi, dan Kati yang bermain lompat tali dengan lincahnya. “Kakak, lebih tinggi lagi posisi talinya”, teriak si Titi. Dan Kaka bersama Usi, yang bertugas menggoyang tali melakukan permintaan Titi. Kati mengikuti Titi melompat-lompat. Benar-benar ceria para tikus menikmati permainan mereka. “Lebih cepat putarannya kakak”, teriak Kati seraya mengendap-endap bersiap untuk meloncat. Wuff, ternyata kaki Kati terjerat tali.
Pada saat Titi, Kaka, dan Usi menolong Kati yang terjatuh, tiba-tiba ada seekor kucing yang mendekati mereka. “Adik-adik jangan takut, saya datang untuk membantu kalian”, teriak si kucing kepada kawanan tikus. “Saya tidak mengganggu kalian, saya melihat ada kawan yang terjatuh, maka izinkan saya menolongnya.” Si kucing dengan penuh perhatian membantu para tikus yang sedang mengalami kesulitan. Para tikus terpesona melihat gelagat kucing yang biasanya garang, namun kali ini hadir sebagai penolong, bahkan mengatakan bahwa kini ia telah bertobat, dan sedang menjalani panggilan hidup sebagai pendeta. Kucing berpamitan dan berjanji besok akan kembali lagi ke halaman sarang tikus.
Ketika kucing datang lagi, para tikus telah lebih dahulu mengetahui niat jahat Si Kucing. Ketika Si Kucing mendekati mereka dengan gaya “orang suci”, para tikus menyapa dengan hormat, tetapi tetap menjaga jarak dan kemudian lari. Si Kucing, untuk meyakinkan tikus, juga mengatakan bahwa sebagai ‘’orang suci’’ tidak mungkin dia akan memangsa tikus.
Salah seekor tikus yang cerdas memberanikan diri dan berkata kepada Si Kucing bahwa seorang suci sebaiknya juga membawa sebuah lonceng, selain tongkat dan gelang tahbis. Untuk meyakinkan para tikus, maka Si Kucing pun mulai juga membawa lonceng yang selalu berbunyi ketika dia berjalan. Saat si kucing mendekati para tikus, mereka siap siaga dan segera lari bersembunyi, menyelamatkan diri setiap kali mendengar bunyi lonceng. Kucing sangat kecewa hasratnya memangsa para tikus dengan tipu-tipu berbuah “zonk”.
(Pesan moral yang disampaikan dalam relief itu adalah akal licik pemimpin yang berpura-pura sebagai seorang religius dan suci pada akhirnya akan terbongkar. Bahkan seperti si Kucing yang berusaha untuk menipu, dia akan tertipu oleh cara dan niat jahatnya sendiri.) Kata Eyang BEP,mengahiri cerita,(Bambang Eka)
#sebar
#SeniMembacaRellief_Sebar
#Sekolah_Budaya_Nittramaya
Pewarta Edi Gores