Menuju Konfercab HMI Cabang Bukittinggi

oleh
Bagikan artikel ini

Bukittingg (Sumbar) // Kompas86.id– Tinggal menghitung hari lagi, sebuah musyawarah ataupun tempat pengambilan keputusan tertinggi di tingkatan cabang atau yang kita sebut sebagai Konferensi Cabang (konfercab) akan segera dilaksanakan. Ini menjadi momen untuk meregenerasi kepengurusan. Pasalnya, kegaduhan-kegaduhan yang tidak substansial dapat terminimalisir dengan sendirinya.

Beberapa catatan terkait HMI Cabang Bukittinggi hari ini tentu menjadi harapan, tugas dan tanggungjawab pengurus selanjutnya, semua saya coba akumulasi sebagai berikut :

1. Rekonstruksi Perkaderan.

Secara sederhana kita bisa mendefinisikan perkaderan sebagai suatu usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis selaras dengan pedoman perkaderan HMI. Kesalahan yang sering kita lakukan adalah menyempitkan ruang lingkup perkaderan pada training-training di HMI semata. Padahal segala aktivitas ber-HMI baik itu pengabdian, rekruitmen, follow up, pengembangan, pelatihan (sebelum traning), menjadi pengelola kegiatan dan seterusnya itu juga merupakan aktivitas perkaderan. Jadi dalam makna keseharian kita ber-HMI itu semuanya adalah aktivitas perkaderan yang mesti di langgeng kan. Agar kualitas kader dari setiap regenerasi itu pun akan semakin bertumbuh atau tidak mengalami degradasi serta kemunduran-kemunduran…

Karena itu diera disrupsi ini kita mesti meningkatkan kapasitas, kapabilitas, dan kualitas kader dengan pelaksanaan perkaderan secara masif, kondusif dan terarah. Sebab tak dapat dipungkiri bahwa perkaderan adalah jantung nya HMI. HMI bisa bertahan hingga detik ini dikarenakan aktivitas perkaderan yang dilakukan secara terus menerus. Kita sama-sama mengetahui bahwa kader itu adalah “sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”.. Nah, dengan demikian ciri seorang kader itu terwujud dalam 4 hal yaitu :
a. Seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Dalam hal ini, kita mesti lebih melek lagi terhadap aturan-aturan di HMI dengan memahami dan menghayati dalam pengaktualisasian nya. Sebab hari ini masih banyak jua kader-kader yg melabrak aturan demi kepentingan pribadi maupun kelompok nya. Oleh karena itu hal ini mesti di rekonstruksi.

b. Seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Oleh karena nya, dalam pelaksanaan perkaderan kita mesti benar-benar obyektif.. Hal yang sering terjadi adalah pemanjaan-pemanjaan yang kita lakukan kepada kader, sehingga ia pun tumbuh menjadi pribadi yang rapuh dan keropos. Adalah suatu yg mustahil dengan kerapuhan nya ia dapat memperjuangkan kebenaran. Karena itu budaya memanjakan ini mesti kita hentikan, agar yang tumbuh adalah generasi berperan bukan generasi baperan.

c. Seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Dalam hal ini kita juga kerap mementingkan kuantitas ketimbang kualitas. Padahal kualitas adalah hal primer yg mesti di dahulu kan. Disinilah urgensi perkaderan sejatinya untuk memupuk dan menumbuh kembangkan kualitas maupun potensi yang ada dalam diri setiap kader.. Agar supaya ia punya segala fasilitas untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada kelompok kecil maupun kelompok yang lebih besar.

d. Seorang kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungan nya dan mampu melakukan “social engineering”. Artinya seorang kader tidak hanya berkutat pada ranah internal saja tapi juga bisa melebur dalam realitas sosial masyarakat. sebagai katalisator dan problem solver dari segala masalah yang ada di masyarakat.

Segala hal ini hanya mungkin dilakukan apabila ada sebuah langkah gerak yang revolusioner untuk membangun progresivitas perkaderan sesuai dengan tantangan kita di zaman ini.. Oleh karena itu dituntut sebuah perjuangan besar dalam mengaktualisasi kan rekonstruksi perkaderan menuju insan cita dan insan kamil…

2. Perbaikan Akhlak, etika dan moral kader..

Sejatinya yang menjadikan kita sebagai manusia nan berbeda dari binatang itu adalah adab, etika, moral dan akhlak. Di era teknologi yang tak terbendung ini banyak sekali dekadensi akhlak yang tergerus karena nya. Tak hanya di HMI, bahkan sampai kepada seluruh lapisan masyarakat indonesia dari yg muda sampai kepada yg tua. Kita tumbuh dengan segala yang praktis sehingga selalu terjerumus pada lingkaran kemalasan yang kemudian memunculkan kaum rebahan.. Termasuk dengan pengaruh gadget yg makin tak terbendung lagi dampaknya.. Kader-kader hmi yg tidak menjaga nama baik HMI mestinya harus mendapatkan sanksi organisasi.. Ketahuilah bahwa HMI adalah organisasi yang berasaskan Islam, sehingga segala ideal type dari akhlak, etika dan moral itu merujuk pada Al-Quran dan As-sunnah. Tatkala ada yg melakukan anomali akhlak maka mesti ada teguran-teguran yg diberikan, nasehat, dan bahkan juga sanksi jika rasanya perlu (setelah dipertimbangkan Urgensi dan Konsekuensi nya).

Dalam hal ini juga banyak terjadi empati yang berlebihan. Seperti anda takut kehilangan kader tatkala menegurnya, menasehatinya dll. Padahal itu menjadi salah satu tanggungjawab moril yg mesti kita lakukan sebagai saudara muslim, apalagi satu payung di HMI. Pada intinya, ketika ada yg salah, melakukan anomali akhlak, etika dan moral kita mesti mengingatkan, menegur dan menasehatinya. Jika konsekuensi nya ia akan lari dari HMI setelahnya, maka itu bukan urusan kita dan biarkan saja. Tugas kita adalah mengajak kepada jalan kebaikan dan kebenaran sesuai pedoman Islam dan pedoman yg ada di HMI. Kita mendulang seseorang yang bisa dibina, agar terbina yang kemudian dapat membina regenerasi selanjutnya. Dalam hal ini kita mesti tegas dan lugas. Agar krisis ini tidak semakin bernakpinak ditubuh HMI.

3. Pembinaan Intelektualitas.

Kita adalah seorang insan akademis. Yang kemudian dipersiapkan untuk menjadi seorang intelektual muslim, ataupun cendekiawan muslim. Didalam sejarah perkembangan dunia, perubahan peradaban itu banyak diisi oleh kaum intelektual. Seperti Revolusi Kuba, Revolusi Uni Soviet (Rusia), Revolusi Iran dll.. Di zaman modern ini kita banyak disuguhkan oleh berbagai persoalan yang menghantui umat dan bangsa indonesia. seperti masalah tauhid, agama yang ditunggangi elite politik, kemudian masalah ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, politik, budaya dll.. Sehingga nya dituntut suatu gerak yang revolusioner dari setiap kader HMI agar mampu menjawab segala tantangan yg disuguhkan oleh zaman..

Nah, hal itu hanya di mungkin kan tatkala setiap kader-kader HMI memiliki fasilitas pengetahuan untuk memetakan peradaban. Tak mungkin sebuah perubahan besar ke arah yang lebih baik dapat tercipta dengan abrakadabra atau dilakukan oleh orang2 yang tidak memiliki fasilitas pengetahuan yang cukup untuk melakukan nya. Untuk mendapatkan fasilitas pengetahuan itu kita mesti melakukan kaderisasi intelektual agar pemikiran-pemikiran segar pun dapat dihadirkan untuk mengisi setiap bejana masalah yg sedang mengurung kita..

Dewasa ini tampaknya, minat intelektualitas pun mengalami deklinasi. Ditambah lagi dengan Kuliah daring yg menyebabkan terjadinya pengalokasian pembelajaran tatap muka ke ruang online. Kalau dihayati, hal ini benar-benar membuat kita dininabobokkan oleh sistem. Dimana efisiensi pembelajaran tidak dapat kita maksimalkan hasilnya sehingga mengharak kita pada degradasi kognitif.. Barangkali kita bisa contohkan secara sederhana seperti ; hari ini kita lebih suka nongkrong ga jelas ketimbang ikut forum diskusi, kita lebih suka main game dari pada baca buku, kita lebih suka nge-ghibah ketimbang mengisi kepala. Dan masih banyak contoh2 lain nya.. Hal ini menjadi urgensi yg tak kalah penting, bahwa hendaknya di kepengurusan Hmi cabang Bukittinggi selanjutnya, mesti ada kaderisasi intelektual secara masif, konsisten dan konsekuen. Agar supaya evolusi kognitif kader dapat ber-transisi dari otak purba menuju otak yang modern.

4. Pengembangan potensi kader sesuai bakat dan minat.

Sebagai manusia ataupun makhluk Tuhan, kita diciptakan berbeda-beda dan memiliki keunikan masing-masing.. Sehingga nya bakat dan minat kita juga beragam. Nah, di HMI cabang Bukittinggi sendiri wadah pengembangan yang sesuai dengan bakat dan minat ini sudah diwadahi oleh lembaga pengembangan profesi seperti LEMI, LKBHMI, dan LSMI. Namun taring dari lembaga ini masih belum menampakkan gigi nya. Oleh karena nya lembaga seperti ini mesti dimasifkan agar supaya potensi kader dapat dikembangkan. Dan kalau bisa lembaga-lembaga lain yang belum ada juga bisa ditambahkan agar supaya bisa memenuhi bakat dan minat kader yang beragam tersebut.

5. Revitalisasi kesadaran dan ghirah keislaman dalam diri setiap kader..

Sederhana nya di HMI kita dapat memahami bahwa kader HMI itu adalah Mahasiswa dan beragama Islam. Yang mesti menjadi perhatian dalam poin ke lima ini adalah penekanan pada pengamalan ajaran Islam. Karena pengetahuan islam yang dimiliki tidak akan ada guna nya tatkala tidak ada pengamalan nya. Terkhusus nya, pada hal-hal yang diwajibkan dalam Islam.
bagaimana mungkin kita dapat dikatakan sebagai katalisator bagi umat islam tatkala ajaran islam sendiri tidak kita amalkan.. Hal yang lazim terjadi seperti pembahasan NDP berlarut-larut sampai pagi menjelang, tatkala adzan subuh datang kita malah enggan untuk menunaikan. Hal ini mesti menjadi refleksi bersama agar ghirah keislaman dapat kita munculkan ke permukaan melalui pengamalan kita yang kaffah dalam berislam.

Sekian dulu yang bisa saya paparkan, semoga melalui tulisan sederhana ini bisa jadi bahan merefleksi bagi kita bersama insan cita bukittinggi.

Hal yg ingin saya ulas juga terkait ungkapan Peter F. Drucker yang marak berkembang di cabang Bukittinggi yang berbunyi “Pemimpin yang efektif bukan soal berpidato atau mencitrakan diri agar disukai. Kepemimpinan tergambar dari hasil kerjanya, bukan atribut-atributnya”. Ini kesalahan yg fatal apabila ditelan mentah². Dalam ruang lingkup ini si tokoh ini sedang membicarakan dalam ramah ekonomi dan bisnis. Sehingga nya pengejaran profit tentu dinilai dari hasil kerjanya. Untuk itu jangan pernah lepaskan suatu teks dari konteksnya.. Saya berharap literasi di cabang Bukittinggi dapat lebih ditingkatkan lagi. Ungkapan yg relevan dalam sejarah dunia sampai hari ini itu adalah seorang pemimpin itu adalah mereka yg a good thinker, a good writer dan a good speaker (Mao tse Tsung).

Oleh ; M. Isan
Kader HMI Cabang Bukittinggi. (*)