Jepara Jateng-Kompas86.ID
Acara itu digadang-gadang akan berlangsung meriah, menampilkan berbagai kegiatan yang mengangkat seni ukir Jepara sebagai identitas kuat kota ini.
Penjabat Bupati Jepara H. Edy Supriyanta, menekankan pentingnya menjaga seni ukir sebagai aset berharga yang tidak hanya memiliki nilai estetika tinggi. Namun, juga mencerminkan identitas dan sejarah masyarakat Jepara.
Dia berharap peringatan tersebut bisa mendapatkan legalitas yang diperlukan.
“Monggo, silakan kalau nanti mau ada peringatan Hari Ukir Nasional,” kata PJ Bupati Jepara, Edy Supriyanta dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunjateng, Sabtu (13/7/2024)
Kendati begitu, ia menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk menjaga seni ukir sebagai bagian penting dari warisan budaya Jepara.
Ia siap mendukung adanya hadiah atau bantuan bagi para pengukir.
Ketua Lembaga Pelestari Seni Ukir, Batik, dan Tenun Jepara Hadi Priyanto, menyatakan bahwa peringatan Hari Ukir Nasional adalah momen untuk mengapresiasi serta melestarikan seni ukir Jepara.
Spirit yang diusung adalah menunjukkan tekad masyarakat untuk memastikan seni ukir tetap hidup.
Seni tradisional ini, dia jelaskan telah diakui secara internasional dan ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai warisan budaya tak benda sejak 2015.
“Penetapan Hari Ukir Nasional pada 20 Agustus bertepatan dengan R.A. Kartini yang mengirimkan karyanya untuk pameran di Den Haag, Belanda, tahun 1898. Peristiwa tersebut menjadikan Jepara terkenal,” terangnya.
Bersama sejumlah tokoh ukir Jepara, seperti Maslim dari Petekeyan, Ali Afandi dari Mantingan, dan Rustam dari SMK Negeri 2 Jepara, Hadi menegaskan semangat peringatan tahun ketiga ini.
Tekad masyarakat Jepara untuk menjaga seni ukir tetap hidup menjadi fokus utama acara.
Kami berharap pada 20 Agustus nanti kita dapat merayakan atau memperingati Hari Ukir Nasional, yang kita klaim muncul dari Jepara,” tuturnya.
Pihaknya pun mengusulkan sejumlah kegiatan untuk merayakan Hari Ukir Nasional.
Rancangan acara tersebut mencakup lomba ukir, serta pemberian penghargaan kepada pencipta tari Krida Jati.
Meskipun tokohnya telah tiada, karya-karyanya tetap mewarnai perjalanan seni ukir di Jepara.
“Berikutnya, ada kegiatan simposium seminar, dan lain sebagainya,” kata dia.
Sebagai langkah monumental, juga ada pencanangan seni ukir sebagai materi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di Jepara.
Deklarasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya seni ukir dan perlunya pelestariannya secara kolektif.
(Rud)