CIREBON, kompas86.id –Desa Setupatok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, baru saja menggelar prosesi adat Mapag Sri, sebuah tradisi turun temurun yang masih terus dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Prosesi ini dipenuhi dengan berbagai ritual, yang salah satu cirinya adalah aroma khas kemenyan, simbol penghormatan kepada leluhur yang tetap dipegang teguh oleh warga Setupatok.
Acara berlangsung kondusif, diawali dengan arak-arakan yang dimulai dari Balai Desa Setupatok. Rombongan berjalan mengelilingi jalanan desa dengan semangat dan kebersamaan, dengan di iringi Drumband Putra BPC El Baas, dari pesantren Buntet, yang menambah kemeriahan acara dengan iringan musik yang dinamis.
Dalam wawancaranya dengan awak media, Kuwu Johar menyampaikan pandangannya mengenai kondisi pertanian saat ini.
“Saat ini, masyarakat memang sedang menghadapi paceklik karena kekurangan air. Namun, ada kabar baik dari pihak BBWS yang berencana melakukan perbaikan. Insya Allah akan ada pengerukan atau usaha lain untuk meningkatkan kapasitas penampungan air, sehingga para petani ke depannya bisa melakukan dua hingga tiga kali panen. Saat ini, kebanyakan hanya bisa satu kali panen karena kekurangan air. Oleh karena itu, saya berharap para petani tidak terlalu bersedih atau mengeluh. Insya Allah, ke depan akan lebih baik,” ungkap Johar dengan penuh optimisme.
Johar juga menekankan pentingnya tradisi Mapag Sri sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dipahami dan dilestarikan oleh masyarakat.
“Baru kali ini, tradisi Mapag Sri diselenggarakan dengan sangat meriah. Biasanya hanya ada Wayang Golek, tapi sekarang ada tari-tarian, iring-iringan, dan lebih banyak elemen budaya lainnya. Masyarakat harus lebih memahami arti dari tradisi ini. Acara ini digelar setiap tahun, biasanya pada bulan September atau Oktober,” jelas Johar.
Prosesi Mapag Sri kali ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting dan masyarakat setempat. Selain Kuwu Johar dan istrinya, turut hadir segenap perangkat Desa Setupatok, Kapolsek Mundu Iptu Didi Sumardi beserta jajarannya, serta para Babinkamtibmas dan Babinsa dari berbagai wilayah sekitar. Hadir pula perwakilan dari Koramil, termasuk Kopda Nurdiyat dan Serda Kaelani, serta tokoh masyarakat yang dengan khusyuk mengikuti prosesi dan doa bersama.
Acara ini tidak hanya menjadi simbol pelestarian budaya, namun juga sarana untuk memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan di kalangan masyarakat Desa Setupatok. Dengan semangat gotong royong, mereka berharap agar tradisi ini terus hidup dan membawa keberkahan bagi seluruh warga.
Tradisi Mapag Sri bukan sekadar acara seremonial, melainkan cerminan dari akar budaya masyarakat yang selalu mengedepankan keharmonisan dengan alam, serta penghormatan kepada leluhur.
Prosesi ini, yang sarat dengan nilai spiritual dan kebudayaan, menjadi bukti kuat bahwa di tengah modernisasi, Desa Setupatok tetap teguh memelihara identitasnya sebagai desa yang kaya akan warisan tradisi.
(Dadang)