Rugikan Negara Rp243 Miliar, Kejati DKI Tetapkan 6 Tersangka Kasus Korupsi Dana Pensiun Bukit Asam

oleh
Bagikan artikel ini
Foto: Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta Menetapkan 6 Tersangka Kasus Korupsi Dana Pensiun Bukit Asam

JAKARTA, Kompas86.id- Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta menetapkan enam tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi pengelolaan Dana Pensiun Bukit Asam tahun 2013 sampai dengan 2018. Termasuk di antaranya Direktur Utama (Dirut) Dana Pensiun BUMN PT Bukit Asam.

Kepala Seksi Penerangan Hukum (Kasie Penkum) Kejati DKI Jakarta Syahron Hasibuan mengatakan, penetapan awal dilakukan pada Senin, 22 April 2024 terhadap empat tersangka. Mereka adalah ZH selaku Dirut Dana Pensiun BUMN PT Bukit Asam, AC selaku owner PT Millenium Capital Manajemen (PT MCM), SAA selaku perantara atau broker, dan RH dari selaku Konsultan Keuangan PT Rabu Prabu Energy.

“Mengakibatkan kerugian keuangan negara sebesar Rp234.506.677.586 sebagaimana Laporan Hasil Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara dari BPKP Perwakilan DKI Jakarta,” ujar Syahron dalam keterangannya, Kamis (25/4/2024).

Kemudian penetapan tersangka MS selaku Direktur Investasi dan Pengembangan Dana Pensiun BUMN PT Bukit Asam Tahun 2015-2017 pada Selasa, 23 April 2024. Disusul penetapan tersangka DB selaku Komisaris PT Strategic Management Services (PT SMS) pada Rabu, 24 April 2024.

Adapun posisi kasus secara singkat, bahwa pada tahun 2013-2018, tersangka ZH selaku Dirut Dana Pensiun BUMN PT Bukit Asam telah melakukan pengelolaan keuangan Dana Pensiun Bukit Asam dengan langkah Penempatan Investasi pada Reksadana yakni Reksadana Millenium Equity Growth Fund dan Millenium Dynamic Equity Fund; Saham LCGP; dan Saham ARTI yang tidak didasari dengan Memorandum Analisis Investasi (MAI) sebagaimana yang disyaratkan dalam Pedoman Operasional Investasi Dana Pensiun Bukit Asam.

“Di mana untuk Reksadana Millenium Equity Growth Fund dan Millenium Dynamic Equity Fund dilakukan kesepakatan dengan tersangka AC selaku owner PT Millenium Capital Manajemen, kemudian untuk investasi Saham LCGP dilakukan kesepakatan dengan tersangka SAA selaku perantara atau broker, sedangkan untuk investasi Saham ARTI dilakukan kesepakatan dengan tersangka RH dari selaku Konsultan Keuangan PT Rabu Prabu Energy,” bebernya.

Saat itu, kata Syahron, Reksadana Millenium Equity Growth Fund, Millenium Dynamic Equity Fund; Saham LCGP; dan Saham ARTI performanya sedang tidak bagus alias tidak masuk LQ.45, namun tersangka AC , tersangka SAA, dan tersangka RH tetap menawarkannya kepada tersangka ZH, mereka berjanji akan membeli kembali dengan keuntungan 12 persen sampai dengan 25 persen.

“Sehingga tersangka ZH menyetujui untuk investasi yang dituangkan dalam Surat Kesepakatan, namun ketika jatuh tempo keuntungan yang dijanjikan tidak pernah terealisasi sehingga Dana Pensiun Bukit Asam mengalami kerugian,” kata Syahron.

Sementara itu, tersangka MS selaku Direktur Investasi dan Pengembangan Dana Pensiun BUMN PT Bukit Asam Tahun 2015-2017 turut serta bersama-sama dengan tersangka ZH dalam praktik tersebut. Dia menandatangani Instruksi atau perintah agar Bank Custodion melakukan pembayaran transaksi saham LCGP dan ARTI.

Adapun tersangka DB selaku Komisaris PT Strategic Management Services, turut serta melakukan transaksi saham LCGP di Pasar Negosiasi dengan sistem Repo tanpa adanya Memorandum Analisis Investasi sebagaimana disyaratkan dalam Pedoman Operasional Investasi Dana Pensiun Bukit Asam. Sehingga Dana Pensiun Bukit Asam mengalami kerugian

Demi kepentingan penyidikan, tersangka ZH ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Agung, tersangka AC ditahan di Rutan Kelas I Pondok Bambu, tersangka RH dan tersangka SAA ditahan Rutan Kelas I Salemba. Kemudian tersangka MS ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Agung, dan tersangka DB di Rutan Kelas I Cipinang.

Atas perbuatannya, para tersangka dikenakan Pasal 2 ayat (1), Pasal 3, Jo. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP. (Red)