Batam,kompas86.id – Persatuan Nasional Aktivis (PENA) 98 Provinsi Kepulauan Riau menggelar dialog interaktif Refleksi 25th Reformasi bersama tokoh Pemuda dan aktivis mahasiswa dari perwakilan 6 Perguruan Tinggi di Kota Batam dengan tema “Kami Tidak Lupa Siapa Pelakunya” bertempat di Posko PENA 98 Tiban, Kota Batam, Kepri, pada Kamis (18/5/2023).
Dialog interaktif itu diikuti sebanyak 80 peserta dari kalangan Pemuda dan 66 personil aktivis mahasiswa Kota Batam yang berasal dari 6 Perguruan Tinggi yaitu, UNRIKA, UIS, UT, UIB, UPB, Stikes Mitra Bunda, serta organisasi ekstra kampus PMII Kota Batam, GMNI, dan SEMMI Prov Kepri.
Dialog interaktif itu dimantik oleh 3 narasumber yang berasal dari aktivis 98 yang saat ini bermukim di Provinsi Kepri yakni, Bung Tito Suwandi, Bung Rahmat Ghofur, dan Bung Frengki yang dimoderatori oleh Bung Hazhary selaku aktivis angkatan tahun 2000an.
Hazhary selaku moderator kegiatan tersebut memaparkan bahwa peringatan 25 tahun reformasi digelar di setiap Provinsi termasuk di Provinsi Kepulauan Riau.
“Hari ini refleksi 25 tahun kita gelar di Provinsi Kepri, kegiatan ini dilaksanakan secara kontinu di setiap Provinsi di Indonesia hingga akhir Mei nanti,” ujar Hazhary sambil membuka dialog interaktif.
Agenda dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Darah juang dan dilanjutkan dengan doa bersama untuk Indonesia. Setelah pembacaan doa untuk kemajuan Indonesia, acarapun dilanjutkan dengan dialog interaktif antar narasumber dan aktivis yang hadir.
Bung Tito, selaku pelaku sejarah gerakan aktivis 98 menyebutkan, pentingnya sejarah reformasi ini diketahui oleh aktivis generasi masa kini.
“Buah sejarah reformasi kawan-kawan bisa nikmati hingga kini, mungkin jika gerakan aktivis 98 tidak ada, hingga kini kita tidak dapat berdiskusi secara bebas, maka penting untuk sejarah perjuangan reformasi direfleksikan setiap tahunnya agar kita semua tidak lupa siapa pelakunya, maka jangan asal pilih pemimpin yang menjadi pelaku kelam sejarah 98 dulu,” ucap Bung Tito sambil menerangkan sejarah lahirnya gerakan 98.
Ditempat yang sama, Bung Ghofur menambahkan dan memberikan motivasi kepada audien mahasiswa tentang pola gerakan aktivis 98.
“Gerakan mahasiswa Tahun 98 bisa menyatu ketika persepsi antara mahasiswa saat itu cuma satu, bagaimana rezim tirani harus tumbang, dan gerakan itu mengakar sampai ke basis rakyat, maka menjadi penting aktivis saat ini menyatukan persepsi dan ide/gagasan gerakan kerakyatan antar aktivis mahasiswa, antar kampus, dan antar organisasi, dan tidak juga melupakan persoalan penting yang menyangkut rakyat sebagai pijakan dalam bergerak dan melontarkan suara lantang sebagai aktivis mahasiswa, agar setiap langkah dan suara yang disampaikan menjadi bermakna” jelas Ghofur sambil mengkomparasi gerakan aktivis 98 dan aktivis masa kini.
Disela-sela dialog, peserta terlihat antusias dan interaktif dengan melontarkan beberapa pertanyaan-pertanyaan kritisnya terhadap narasumber.
Usai seluruh pertanyaan dijawab oleh narasumber, Hazhary selaku moderator menutup acara dengan penuh harapan pada agenda peringatan Reformasi bisa dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang.
“Mudah-mudahan agenda seperti ini bisa kita selenggarakan secara rutin di Provinsi Kepulauan Riau, sambil menaburkan serangkaian kegiatan lainnya selain diskusi seperti pameran foto kejadian 98 dan dokumenter lainnya,” tutup Hazhary mengakhiri diskusi dan disambut tepuk tangan meriah oleh semua hadirin.
Setelah dialog interaktif usai, mahasiswa Kota Batam dan aktvis PENA 98 Kepri mengucapkan sumpah mahasiswa dan dilanjutkan dengan melakukan sesi dokumentasi bersama.(D2k)