Bitung(Sulut)Kompas86.id
Rintihan dan teriakan pedagang pasar Bitung terkait persoalan penagihan kios dan lapak Pasar, benar-benar terjadi saat ini. Tidak hanya menderita karena sepinya pasar akibat modernisasi perdagangan online, tetapi juga karena tagihan yang sangat memberatkan. Ironisnya, kuat dugaan hasil tagihan itu hanya digunakan untuk membayar kebutuhan internal gaji Dewan pengawas, Dewan Direksi dan para Pegawai, yang setiap bulan diduga mencapai 300 sampai 400 jutaan.
Hal ini disampaikan sejumlah pedagang pasar winenet, dalam rapat APPSI Kota Bitung, disekretariat Tinombala, sore ini. Menurut haji Yama pedagang pakaian dipasar Winenet, situasi sekarang sangat sulit. Meski kelihatan usaha kami besar, namun semuanya hutang. Yang paling buruk jika omset harian yang masuk setiap hari sangat kecil.
” model sekarang ini so sangat menderita. Kesulitan torang (kami) bayar utang ke distributor. Ini kan sistem titip jual. Torang so banyak skali utang sekarang kasiank “. Kata Yama dihadapan peserta rapat.
Yama juga sedikit emosional ketika menduga bahwa penagihan selama ini difokuskan untuk bayar gaji pegawai dan petinggi perumda Pasar Saja, tanpa ada imbal balik ke pedagang.
” jadi dank torang ada bayar selama ini cuma mo kase gaji Pegawai dengan Petinggi Pasar ? Apa kwa dorang ada beking pa torang ? Cuma ada bale2 nyanda kerjaan kong pasar babagitu jo, nda ada perubahan” tandas Haji Yama.
Penegasan sama juga disampaikan pedagang lainnya, Aba Opal. Opal yang sehari- hari berdagang sembako, menuding perumda pasar sama seperti Lintah Darat yang mengisap keringat dan suar lelah pedagang.
“Terlalu sekali ini kondisi. Torang somo mati, kong itu doi cuma ada bayar-bayar gaji dank ? Pe sedap skali dorang pe hidup kalo bagitu ? Torang yang kerja dari subuh sampe tenga malam (pagi sampai malam), kong cuma ada kase hidup pa dorang (mereka)” tandas Aba Opal.
Sementara Ketua Appsi Ustad Hairrudin Bandu menanggapi keluhan pedagang pasar dalam rapat tersebut, hanya berharap agar pedagang bersabar..karena Walikota sudah berkomitmen menjanjikan pengurangan pembayaran tahun 2022 dan 2023. Walikota kepada Appsi sudah menjanjikan, akan meminta Perumda melakukan penghematan, baik dengan mengurangi biaya2 tidak penting, maupun menumbuhkan sumber pendapatan baru, selain pedagang.
“Torang berharap jo kepada bapak Walikota, yang pambae. Semoga ini rintihan pedagang bisa berbuah pengurangan. Dan Walikota lebih berpihak pada nasib ratusan pedagang, dibandingkan pegawai Perumda” lirih Ustad Bandu.
Seperti diketahui, beberapa kali terungkap di Media Sosial tentang penghasilan Perumda Pasar selama lebih dari 1 tahun sudah mencapai milyaran rupiah. Ironisnya perbaikan dalam pasar, dan perubahan iklim perdagangan kelihatan sama saja. Banyak pihak menduga, uang pedagang hanya digunakan membayar gaji petinggi dan pegawai Perumda. Angka kebutuhannya mencapai 300 sampai 400 juta rupiah per bulan.
Appsi berbagai programnya berharap ada perampingan dalam perusahaan. jika kebutuhan terlalu besar dan dibebankan kepada pedagang, maka pedagang kesulitan dan pegawai perumda saja yang senang. (AK/tim)