Sikapi Penurunan Tarif 2022,Ini Kata Pedagang Winenet

oleh
Bagikan artikel ini

 

 

Bitung(Sulut)Kompas86.id
Keinginan untuk diturunkan jasa sewa kios dan lapak diseluruh pasar kota Bitung menjadi aspirasi para pedagang yang hadir dalam rapat pedagang Winenet, dengan agenda menyikapi penurunan aduan dan keluhan pembayaran sesuai instruksi Walikota Bitung, kamis 13 Feb. 2023 Malam Tadi.

Dalam rapat yang dilaksanakan disekretariat DPD Appsi Bitung tersebut, pedagang berterimakasih kepada Walikota Ir. Maurits Mantiri MM yang telah mengultimatum pengelola pasar, agar memperhatikan kemampuan pedagang dalam penetapan tarif jasa sewa 2023 serta menurunkan tarif sewa kios dan lapak pada penagihan tunggakan tahun 2022 lalu.

Pedagang Pakaian Pasar Winenet Haji Yama, yang diberikan kesempatan pertama menyampaikan, penagihan tahun 2022 sebaiknya diturunkan dan direvisi, atau dihilangkan. Pedagang fashion pasca pandemi benar2 sangat kesulitan.

” so terbukti kan torang (kami) tidak mampu menyelesaikan pembayaran 2022. Bagaimana mau bayar lancar, kalo per minggu omset kadang kurang dari 500 ribu rupiah. Khusus pedagang pakaian dalam pasar, sudah bersyukur kalau dalam sehari bisa meraup omset 100 atau 200 ribu rupiah. Kami sangat kesulitan ” kata Haji Yama.

Yama meminta kepada Perumda Pasar Realistis dalam menagih. Sebab tidak semua pedagang memiliki pendapatan yang sama. Apalagi menurutnya, dampak pandemi itu sangat terasa.

” market pakaian jadi benar-benar hancur karena pandemi sejak 2020. Belum le menjamurnya dagang online, yang beking torang benar2 diambang kebangkrutan” tegas Haji Yama.

Pernyataan Yama mendapat dukungan dari pedagang Sembako Haji Noval Endang. Haji Noval yang sudah sekitar 25 tahun berdagang dalam pasar winenet menegaskan, situasi ekonomi paling sulit sementara torang alami sekarang. Dulu omset sangat baik, karena sebelum covid perdagangan pasar normal. Sekarang berbeda.

” kalo ada yang bilang situasi ekonomi dalam pasar baik, kita (saya) yakin sekali itu putar bale (bohong). Kondisi sekarang dalam pasar benar-benar sulit. Bukan cuma karena pengaruh inflasi, tapi ini pasar winenet jam 11 so sepi “. Tegas Haji Noval.

” kita so ada dipasar sejak lama, hamoir 25 tahun kita badagang, mulai jual nasi sampai sembako, didalam pasar sekarang so berbeda. Kalo pemerintah mau ada tagihan mau hidupi pegawai Perumda Pasar, coba perbaiki dulu itu situasi pasar yang sepi dan mulai ditinggalkan, jangan cuma jago batagih” tegas Endang.

Endang juga menyampaikan sejumlah perhitungan dalam. Menurutnya, jika setiap bulan pembayaran biaya Perumda Pasar hampir 300 juta, hanya untuk gaji dan kebutuhan pokok, maka pedagang akan menderita.

” kalo tiap bulan pasar harus menyediakan 300an juta for bayar gaji dewas, direksi dan Pegawai, maka “mati so ada” for pedagang” kesalnya.

Hal senada juga disampaiakan Bapak Fauzie dan Haji Harsono Muhamad. Haji Harsono yang juga bagian dari Pimpinan Appsi Bitung menegaskan, ini bukan persoalan tidak mau bayar. Tetapi kami kesulitan dan tidak mampu memenuhi pembayaran itu. Alasannya menurut Harsono, karena omset dan pendapatan usaha sepi.

” kalau kwa pasar rame dan omset bagus nyanda masalah biar dorang (perumda) minta bayaran sewa berapapun. Tetapi sekarang torang (pedagang) memang stenga mati (sulit). Dorang terima gaji, kong mati jo dank pedagang “.
Keluh Harsono.

Harsono juga mempertanyakan apa dampak positif perumda dalam pasar rakyat selama ini. Situasi tetap sama, bahkan diwinenet semakin semrawut.

“Sekarang nda tau konsep apa yang dorang (perumda) pake. Tampa parkir jadi tampa jualan. Sapa le mo belanja nda ada parkiran. Bahkan, pedagang diluar so lebe banyak (semakin bertambah), sementara pedagang didalam pasar so lebe sepi. Kong sekarang mo beking penagihan, sementara penataan dan perlindungan iklim ekonomi pasar tidak dirasakan pedagang ” tegas Harsono.

Pada kesempatan itu Harsono bahkan sedikit mengkritik Kinerja Perumda Pasar. Tokoh pedagang pasar Winenet ini mempertanyakan, hasil kerja para kepala unit pasar Perumda di tiap Pasar.

” apa kwa dorang (kanit) ada beking. Sagerat tetap sepi, nda ada konsep apapun. Begitu pula Pasar Cita yang semakin semrawut, serta kita (saya) dengar banyak tagihan2 diluar Perumda juga, apalagi diwinenet yang so lebe kumuh”. Tegas Harsono.

Pada bagian lain, haji Fausie pedagang Winenet meminta pertanggung-jawaban Perumda, atas pembayaran pedagang lewat Jasa Pelayanan Pasar – JPP sejak 2021 hingga sekarang.

” kemana sebenarnya uang pedagang, kalau hingga kini didalam pasar nda ada perbaikan. Torang (kami) rasa tidak ada keadilan bagi pedagang, jika semua uang penyetoran justru hanya digunakan untuk bayar pegawai Perumda Pasar ” tegas Haji Fausie.

Sementara ketua DPD Appsi Ustad Hairrudin Bandu dalam rapat tersebut menyambut baik semua aspirasi pedagang, dan nantinya akan disampaikan pada Perumda.

” torang hanya bisa menampung, nanti disampaikan kepada Perumda Pasar. Torang juga berharap dan akan berjuang agar penagihan Perumda menghormati dan memegang prinsip keadilan bagi pedagang” tutup Bandu.(AK/tim)