Nama : TRESIA IRENE
Prodi : PGSD
Kelas : 2023 i
Mata Kuliah : KARYA TULIS ILMIAH
KOMPAS86.ID- Pendidikan adalah kunci dalam perkembangan peradaban masyarakat dan bangsa yang maju dan berbudaya. Dalam beberapa tahun terakhir, konsep “Merdeka Belajar” telah menjadi pusat perhatian dalam dunia pendidikan di Indonesia. Konsep ini mendorong perubahan dalam pendekatan pendidikan, menggeser fokus dari pendekatan konvensional ke pendekatan yang lebih inklusif, responsif, mandiri, menyenangkan, dan bermakna.
Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka merupakan pembelajaran berbasis projek dengan penguatan Profil Pelajar Pancasila sebagai perwujudan pelajar Indonesia yang memiliki kompetensi secara global sesuai nilai-nilai moral Pancasila dengan enam ciri utama yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila merupakan Visi dan Misi Kemendikbudristek yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.
Sebagai dasar negara, Pancasila menopang erat Kurikulum Merdeka dalam mengimplementasikannya. Pada Kurikulum Merdeka, minat serta bakat siswa diasah sejak dini yang berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan juga kompetensi siswa.
Merdeka belajar artinya memberikan keleluasaan bagi siswa untuk berekspresi mengembangkan kreatifitas dan memilih pelajaran sesuai minat siswa.
Dengan demikian, tentu bisa memakai sistem hybrid learning (metode pembelajaran yang menggabungkan atau mengkombinasikan antara pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka) atau tidak, yang terpenting adalah masing-masing sekolah menemukan titik keseimbangan antara penggunaan teknologi dengan proses pembelajaran.
Merdeka Belajar merupakan pendekatan pendidikan yang memberikan kebebasan untuk melakukan inovasi-inovasi sesuai dengan minat dan bakat siswa. Harus bedakan mendidik, pendidik dan terdidik adalah tiga hal yang terlihat sama, tetapi berbeda. Begitupun juga belajar dan mengajar. Mengajar bukan sekedar menerangkan atau menjelaskan semata. Mengajar adalah seni dan ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang menyenangkan akan menarik minat siswa, dan membuat mereka ingin mengetahui banyak hal.
Sebab, keinginan mempelajari dunia akan lahir gagasan yang berkembang menjadi ilmu pengetahuan jika dapat dibuktikan, hingga pada akhirnya dapat diyakini kebenarannya. Tentu, mengajar dengan nuansa nyaman akan lebih menyenangkan bagi guru maupun siswa.
Pembelajaran akan lebih nyaman, jika murid dapat berdiskusi dengan gurunya serta dapat belajar di luar kelas dan tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru, melainkan bertukar pendapat dengan guru atau pengajar. Hal ini akan membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam bergaul, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua, karena setiap anak memiliki keunikan bakat dan kecerdasan yang berbeda.
Dengan adanya “Merdeka Belajar”,akan membentuk para pelajar berkompeten dan siap belajar, serta berbudi luhur di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Kondisi yang menyenangkan, aman, dan nyaman akan mengaktifkan bagian neo-cortex (otak berpikir) dan mengoptimalkan proses belajar mengajar serta meningkatkan kepecayaan diri pelajar. Suasana kelas yang kaku, penuh beban, guru yang kurang menyenangkan akan menurunkan fungsi otak anak dan anak tidak berpikir efektif, reaktif atau agresif (tindakan yang cenderung tidak terkontrol).
Merdeka belajar adalah suasana belajar yang menyenangkan tanpa dibebani dengan pencapaian skor atau nilai tertentu. Hal ini mengakibatka setiap siswa atau pelajar tidak harus bersaing dalam hal yang sama, melainkan setiap siswa hanya perlu belajar dan berkembang sesuai bakat dan kemampuan mereka masing-masing). Merdeka belajar bertujuan agar para guru, peserta didik, serta orang tua bisa mendapat suasana yang menyenangkan saat belajar.
Merdeka belajar adalah proses pendidikan yang harus menciptakan suasana-suasana yang menyenangkan. Dalam diri setiap anak pasti memiliki keistimewaan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Di sinilah kita sebagai pendidik harus mampu menjadi teman belajar yang menyenangkan dan membiarkan anak-anak Belajar dengan Merdeka agar proses belajar anak benar-benar atas kesadaraannya sendiri dan merdeka atas pilihannya sehingga melahirkan siswa yang tidak hanya mampu berikir kritis, melainkan kreatifi dan inovatif.
Merdeka belajar selain menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melahirkan anak-anak yang mampu berpikir kritis, juga akan menjadikan setiap anak akan berpikir tentang masa depan dengan cara belajar di masa sekarang.
Merdeka Belajar menekankan bahwa setiap siswa adalah individu unik dan pendidikan harus memungkinkan mereka berkembang secara maksimal dalam suasana yang menyenangkan dan memiliki makna untuk kehidupannya di masa mendatang.
Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi berpengaruh pada paradigma pendidikan yang menuntut adanya adopsi teknologi dalam pembelajaran. Pembelajaran berbasis digital dan teknologi membawa perubahan positif dalam pendidikan dengan memberikan peluang meningkatkan kualitas pembelajaran, memperkaya pengalaman belajar peserta didik, dan membantu menyiapkan peserta didik menghadapi dunia yang semakin terhubung dengan teknologi.
Merdeka belajar cukup menyenangkan untuk sekelompok besar orang, namun apakah semua pelajar menyukai cara ini dalam proses belajarnya? Saya berpendapat bahwa masih ada kelompok kecil pelajar yang masih sulit untuk menerima metode belajar ini, terlebih khusus para pelajar di Manggarai. Hal ini terkait kemampuan pelajar manggarai yang masih banyak gagal dalam hal teknologi dikarenakan selain karena faktor ekonomi keluarga, lembaga atau sekolah tempat mereka belajar juga tidak bisa menyediakan alat-alat teknologi untuk mereka belajar.
Banyak sekolah yang hanya bisa memberikan materi kepada para pelajar, namun untuk praktiknya tidak ada. Pelajar di Manggarai yang bisa memahami hanya berdasarkan teori tapi untuk praktiknya sangat kecil. Lalu muncul pertanyaan, apakah merdeka belajar cocok diterapkan di Manggarai?
Merdeka belajar sebagai upaya mengatasi krisis pembelajaran di Indonesia mengalami berbagai hambatan dalam implementasinya. Tantangan dan hambatan di setiap daerah berbeda-beda, termasuk di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Tantangan seperti rendahnya minat baca, pola pikir yang tidak berkembang, dan infrastruktur yang tidak merata menjadi penyebab lambannya proses adaptasi penerapan Kurikulum Merdeka.
Selain itu, minimnya kesiapan kepala sekolah dan guru disebabkan oleh rendahnya minat membaca. Minat baca yang rendah membuat satuan pendidikan buta pengetahuan tentang Merdeka belajar. Pola pikir yang tidak berkembang turut mempengaruhi lambannya proses adaptasi penerapan Kurikulum Merdeka.
Satuan pendidikan hanya mengharapkan sosialisasi dari pemangku kepentingan tanpa berhasrat memuaskan rasa ingin tahunya. Selain itu, jaringan internet yang tidak merata menghambat penerapan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis digital dan teknologi.